Sabtu, 04 April 2009

abu bakar asshidiq

Abu bakar asshidiq

Siapa yang tak mengenal Abu Bakar Ash-Shiddiq radiallahuanhu, seorang khalifah besar pengganti Rasulullah, manusia paling mulia dari umat Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Bukan hanya kaum muslimin yang mengenalnya, bahkan orang -orang kafir pun mengenalnya. Panglima besar yang berhasil menundukkan kekuatan dan kecongkakan negara super power Romawi. Dialah Abdullah bin ‘Utsman bin ‘Amir bin Ka’ab bin Sa’d bin Taim bin Murrah bin Ka’ab bin Luai yang lebih dikenal dengan sebutan Abu Bakar Ash-Shiddiq.

Nama Abu Bakar Ash-Shiddiq yang sebenarnya adalah Abdullah bin Usman bin Amir bin Amru bin Ka’ab bin Sa’ad bin Taim bin Murrah bin Ka’ab bin Lu’ai bin Ghalib bin Fihr Al-Qurasy At-Taimi.Ibunya adalah Ummu Al-Khair Salma binti Shakhr bin Amir bin Ka’ab bin Sa’ad bin Taim. Ayah dan ibunya berasal dari kabilah Bani Taim. Ayahnya diberi kunyah (sebutan panggilan) Abu Quhafah. Pada masa jahiliyah, Abu Bakar diberi gelar “Atiq”.

Jasa Abu Bakar di dalam Mengumpulkan Al-Qur’an

Pada tahun 12 H., Abu Bakar memerintahkan Zaid bin Tsabit agar mengumpulkan Al-Qur’an dari berbagai tempat penulisan, baik yang ditulis di kulit-kulit, dedaunan, maupun dari hafalan yang tersimpan dalam dada kaum muslimin. Peristiwa itu terjadi setelah para Qari’ penghafal Al-Qur’an banyak yang terbunuh dalam peperangan Yamamah. Zaid bin Tsabit pernah berkata, “Abu Bakar mengirim surat kepadaku tentang orang-orang yang terbunuh di perang Yamamah. Pada saat aku mendatanginya, aku melihat Umar bin Khathab berada disampingnya. Abu bakar lalu berkata, ‘Umar mendatangiku dan berkata, ‘Sesungguhnya banyak Qari’ penghafal Al-Qur’an yang telah gugur dalam peperangan Yamamah. Aku takut jika para Qari’ yang masih hidup, lalu di kamudian hari terbunuh dalam peperangan, akan mengakibatkan hilangnya sebagaian besar dari ayat Al-Qur’an. Menurut pendapatku, engkau harus menginstruksikan agar segera mengumpulkan dan membukukan Al-Qur’an.’ Aku (Abu Bakar) bertanya kepada Umar, ‘Bagaimana aku melakukan sesuatu yang tidak pernah dilakukan Rasulullah?’ Umar menjawab, “Demi Allah, ini adalah kebaikan!’” Dan Umar terus menuntut Abu Bakar hingga Allah melapangkan dadanya untuk segera melaksanakannya, akhirnya Abu Bakar pun setuju dengan pendapat Umar.Zaid bin Tsabit berkata, “Kemudian Abu Bakar berkata kepadaku, ‘Engkau adalah seorang pemuda yang jenius, berakal, dan penuh amanah. Selain itu, engkau pun telah terbiasa menulis wahyu untuk Rasulullah, maka carilah seluruh ayat Al-Qur’an yang berserakan dan kumpulkanlah.’” Lalu, Zaid berkata pada dirinya sendiri, “Demi Allah, jika mereka memerintahkan aku untuk memikul gunung, tentulah lebih ringan bagiku daripada melaksanakan perintah Abu Bakar untuk mengumpulkan Al-Qur’an.” Kemudian Zaid bin Tsabit pun mulai mengumpulkan tulisan-tulisan Al-Qur’an yang tertulis di daun-daunan, kulit, maupun dari hafalan para penghafal Al-Qur’an.

Kedermawanan Abu Bakar

Beliau adalah saudagar yang kaya raya. Dengan hartanya ia bebaskan parabudak. Yaitu Bilal, Amir ibnu Fuhairah, Zunairah, Nahdiyah dan
putrinya,JariyahbintiMua'amildanUmmuUbays.Abu Bakar RA juga sangat dermawan.Namunhidupnyasangatsederhana. 'Aisyah berkata, "Abu Bakar menginfakkan 4.000 dirham kepada Nabi."Ketika meninggal dunia, beliau tidak meninggalkan satudinar dan tidak pula satu dirhampun. " kata putrinya 'Aisyah. Padahal kita tahu beliau adalah khalifah. Seorang kepala negara yang memiliki kedudukan tertinggi dalam pemerintahan.Bahkan menurut riwayat beliau pernahmenyumbangjan seluruh hartanya untuk dakwah. SampaisampaiRasulullahbertanya,"Laluapayangkautinggalkanuntukkeluargamu?"AbuBakarmenjawab,"AllahdanRasul-Nya."

Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan dari Umar Bin Khathab, dia berkata, “Rasulullah menyuruh kami untuk mengeluarkan sedekah. Kebetulan saat itu aku sedang mamiliki harta. Lalu aku katakan, ‘Hari ini aku akan mengalahkan Abu Bakar dimana aku tidak pernah mengalahkan Abu Bakar sebelum ini. Aku datang kepada Rasulullah untuk menginfakkan sebagian dari harta milikku.’ Rasulullah bertanya kepadaku, ‘Lalu apa yang kamu sisakan untuk keluargamu?’ Aku katakan kepada Rasulullah bahwa aku meninggalkan (untuk keluargaku) seperti apa yang aku infakkan (masih tersisa setengah harta untuk keluargaku red-) Kemudian Abu Bakar datang kepada Rasulullah dengan menginfakkan seluruh hartanya. Rasulullah menanyakan padanya, ‘Lalu apa yang engkau sisakan untuk keluargamu?’ Abu Bakar menjawab, ‘Aku menyisakan untuk mereka Allah dan Rasulullah.’ Aku (Umar) berkata setelah itu bahwa aku tidak mungkin untuk mengalahkannya dalam segala hal untuk selamanya.” (HR. Abu Daud, Tirmidzi).

Kecerdasan Abu Bakar

Ibnu Umar pernah ditanya, “Siapa yang memberikan fatwa di zaman Rasulullah?” Dia berkata, “Abu Bakar dan Umar. Aku tidak tahu orang lain selain mereka berdua.” Pada suatu saat, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berkhutbah dihadapan para sahabat, lalu beliau bersabda, “Sesungguhnya Allah Yang Mahaagung telah memberikan pilihan kepada seorang hamba antara dunia dan akhirat. Lalu, hamba itu memilih apa yang ada di sisi Allah.” Ketika mendengar hal itu, Abu Bakar menangis lalu berkata, “Kami menjadikan anak-anak dan ibu-ibu kami sebagai jaminan.” Kami (para sahabat red-) merasa aneh dengan tangisannya yang spontan tatkala Rasulullah memberitahukan tentang seorang hamba yang diberi dua pilihan. Rasulullah adalah orang yang diberi pilihan itu, sedangkan Abu Bakar adalah orang yang pandai di antara kami.

Rasulullah kemudian bersabda, “Sesungguhnya orang yang paling setia dalam persahabatannya denganku dan dalam hartanya, adalah Abu Bakar. Andaikata aku mengambil seseorang mejadi kekasih selalin Tuhanku, niscaya aku akan jadikan Abu Bakar sebagai kekasih. Namun aku menjadikan dia sebagai saudara seagama yang penuh cinta.” (HR. Bukhari-Muslim).Ibnu Katsir berkata, “Abu Bakar adalah sahabat yang paling baik bacaannyayakni dialah yang paling mengerti tentang Al-Qur’an. Oleh karena itu, Rasulullah menjadikannya sebagai imam shalat para sahabat.” Selain paham Al-Qur’an, Abu Bakar merupakan orang yang paling paham sunnah.

Dari sisi keilmuan, Abu Bakar radiallahuanhu melebihi shahabat lainnya. Banyak fatwa yang ia keluarkan di hadapan Rasulullah dan beliau menyetujuinya. Diangkatnya Abu Bakar menjadi imam shalat , ditambah adanya hadits yang memerintahkan kaumrpengganti Rasulullah muslimin untuk kembali kepada “dua bulan” (Abu Bakar dan ‘Umar) bila mengalami suatu perselisihan, menjadi saksi atas ketinggian ilmunya. Karenanya, sewaktu Rasulullah wafat orang-orang Muhajirin dan Anshar sepakat membaiatnya menjadi khalifah.

Bukti lainnya adalah hanya Abu Bakar (diantara para sahabat) yang
mampu meng-Islamkan seluruh anggota keluarganya. Beliau meng-Islamkan
bapak dan ibunya. Semua anak laki-lakinya yaitu Abdullah, Abdurrahman
dan Muhammad. Dan anak-anak perempuannya yaitu Asma', Aisyah dan Ummi
Habibah.Beliau juga meng-Islamkan semua istri-istrinya. Qatilah, Ummi
Ruman dan Asma' binti Umais dan Habibah binti Kharijah Radiyallahu
'anhum.Selain itu beliau juga meng-Islamkan sahabat-sahabat terkemuka. Seperti Zubair bin Awwam, Utsman bin Affan, Abdurrahman bin Auf, Sa'd bin AbiWaqqash, Thallah bin Ubaidilah dan Abu Ubaydah bin Jarrah Radhiyallahu
'anhum. Semuanya termasuk orang-orang yang dijamin masuk syurga.

Abu bakar Merupakan Sahabat yang Paling Utama

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mendahului Allah dan Rasul-Nya. Takutlah kamu kepada Allah. Sesungguhnya Allah maha Mendengar dan maha Mengetahui. Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menaikkan suaramu di atas suara Nabi. janganlah kamu mengeraskan suara kamu dalam percakapan dengan dia seperti mengeraskan suara kamu ketika bercakap sesama kamu. Nanti hapus amal-amal kamu dan kamu tidak menyadarinya.” (Al-Hujurat 1-2)

Hari itu seperti hari-hari yang lainnya juga. Yang tidak biasa hanyalah rencana kedatangan romobngan Bani Tamim kepada Rasulullah. Ada apakah? Itulah yang menjadi pertanyaan di benak Rasulullah. Tapi Rasulullah tetap saja berlaku tenang.Dan, saat yang ditunggu-tunggu oleh Rasul pun datang. Kebiasaan Rasul memang selalu mengagungkan tamunya. Jika ia sudah mempunyai janji, maka akan ia dahululkan janji itu. Apalagi jika itu mengenai pertemua yang sepertinya terasa penting ini.

Rasul mempersilakan mereka semua duduk dengan tertib. Tak satupun dari tamu itu yang ia lewatkan. Semaunya disalaminya dan mendapt senyuman yang paling lembut. Sahabat-sahabat yang lain sering merasa heran, bagaimana bisa Muhammad menghafal nama-nama orang di dekatnya satu per satu tanpa pernah sekalipun melupakannya? Jika sudah begini, masing-masing mereka selalu menganggap bahwa mereka adalah orang yang paling penting dalam kehidupan Rasul.

Ketika semua sudah duduk dan menyantap hidangan ala kadarnya yang dihidangkan oleh Rasulullah karena itulah yang dipunyainya, maka Rasulullah pun berkata, “Semoga Alalh swt senantiasa memberkahi kita semua. Apakah maksud kedatangan kalian ini, wahai sahabat-sahabatku semua?”

“Kami semua baik-baik saja ya Rasulullah. Terima kasih telah menerima kami semua. Sesungguhnya kami sekarang ini sedang berada dalam keadaan yang sangat pelik. Kami membutuhkan bantuanmu sekali, jika engkau sekiranya tidak keberatan.”

Rasulullah mengangguk-anggukkan kepalanya. Ia menunggu saja.

Salah seorang dari mereka bicara lagi, “Sesungguhnya kami ini hendak memilih pemimpin di antara kami….”

“Dan?” Rasulullah berkata ketika ia tidak melanjutkan bicaranya.

“Dan kami tidak punya pengetahuan yang sebagus engkau. Kami sebelumnya telah berselisih siapa kiranya yang akan dan harus jadi pemimpin kami……”

“Begitu ya….?”

Semua orang diam sekarang. Mereka menundukkan kepala mereka. Ada sejumput perasaan malu karena mereka telah melibatkan Rasul dalam urusan yang tampaknya tidak seberapa itu. Rasul masih terus mengangguk-angguk kepalanya. Beliau terdiam. Cukup lama.Dan ketika Rasulullah hendak membuka mulut, tiba-tiba Abu bakar yang berada bersama rombongan berkata cukup keras, “Angkat Al-Qa’qa bin Ma’bad sebagai pemimpin!”

Semua kepala mendongak memandang Abu Bakar. Ada mata yang setuju namun ada juga yang kelihatannya menentang.

Umar yang juga datang bersama Abu Bakar berdiri, “Tidak, angkatlah Al-Aqra bin Habis.”

Kedua orang itu kini berdiri. Suasana tampak tegang. Rasulullah hanya diam saja. Apakah Abu Bakar dan Umar akan bertengkar?

Abu Bakar dengan sedikit mendelik berkata, “Kau hanya ingin membantah aku saja, hai Sahabatku!”

“Aku tidak bermaksud membantahmu!” jawab Umar.

Keduanya untuk beberapa saat masih saja saling berkata-kata sehingga suara mereka terdengar makin keras. Mereka tampaknya tidak peduli bahwa di situ ada orang lain. Tidak peduli bahwa di tempat itu pun ada Rasulullah, panutan mereka.

Waktu itu, turunlah ayat, “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mendahului Allah dan Rasul-Nya. Takutlah kamu kepada Allah. Sesungguhnya Allah maha Mendengar dan maha Mengetahui. Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menaikkan suaramu di atas suara Nabi. janganlah kamu mengeraskan suara kamu dalam percakapan dengan dia seperti mengeraskan suara kamu ketika bercakap sesama kamu. Nanti hapus amal-amal kamu dan kamu tidak menyadarinya.” (Al-hujurat: 1-2).

Setelah mendengar teguran itu langsung dari Allah, semua roang di situ tertegun. Sebaliknya Abu Bakar langsung menangis. Setelah ia meminta maaf kepada sahabatnya Umar, ia menghadap Rasulullah. “Ya Rasul Allah, demi Allah, sejak sekarang aku tidak akan berbicara denganmu kecuali seperti seorang saudara yang membisikkan rahasia.”

Rasulullah mendegar itu hanya mengelus-elus punggung Abu Bakar. Ia tersenyum kepadanya. Sedangkan Umar bin Khattab setelah itu berbicara kepada Nabi hanya dengan suara yang lembut. Bahkan kabarnya setelah peristiwa itu Umar banyak sekali bersedekah, karena takut amal yang lalu telah terhapus. Para sahabat Nabi takut akan terhapus amal mereka karena melanggar etiket berhadapan dengan Nabi.

Rasulullah bersyukur dalam hati mempunyai sahabat-sahabat yang hatinya begitu lembut. Memang, apalah yang lebih menyedihkan dan mengerikan daripada ditegur oleh Allah secara langsung?

Ibunya menjelaskan, suatu saat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam melihat Abu Bakar lalu menjulukinya ‘atiiqullah minan nar, orang yang dibebaskan Allah dari api neraka. Ibunya bernama Ummul Khair As-Sahmi binti Shakhr bin ‘Amir, wafat dalam keadaan memeluk Islam.
Keagungan dan kemuliaan Abu Bakar bukan karena ketampanan dan kegagahannya, akan tetapi karena keimanan yang kokoh di hati yang membuahkan pembenaran terhadap semua apa yang dikabarkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Secara fisik ia seorang yang berbadan kurus, berdahi menonjol, berpundak sempit, berwajah cekung dan pinggang kecil.

Di saat semua orang meragukan dan mendustakan apa yang Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam sampaikan, dia seorang diri membenarkannya. Ia rela merobek habis robekan demi robekan bajunya untuk menyumbat setiap lubang yang ada di dalam gua di malam hari karena takut binatang penyengat yang bersembunyi di dalamnya keluar mengganggu Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam ketika orang-orang musyrik mengepung keduanya.

Pagi harinya, Rasulullah menanyakan di mana pakaiannya. Setelah tahu apa yang terjadi, Rasulullah mendoakannya menjadi orang yang mempunyai derajat tinggi di jannahIa memiliki beberapa anak. Dari perkawinan dengan Qutaibah dihasilkan Abdullah yang ikut perang di Thaif dan Asma’, istri Az-Zubair. Qutaibah kemudian dicerai dan wafat pada usia 100 tahun. Perkawinannya dengan Ummu Ruman melahirkan ‘Aisyah (istri Rasulullah) dan Abdurrahman. Sebelum masuk Islam, Abdurrahman masuk dalam barisan kaum musyrikin yang memerangi Rasulullah. Namun dalam perang Badr ia baru masuk Islam.

Imam Bukhari meriwayatkan dari Abdullah bin Umar, dia berkata, “Kami diperintahkan memilih orang-orang (yang paling utama) di zaman Rasulullah, lalu kami memilih Abu Bakar, lalu Umar, kemudian Utsman.” Diriwayatkan dari Muhammad bin Ali bin Abi Thalib, dia berkata, “Aku menanyakan pada ayahku, siapa manusia yang paling baik setelah Rasulullah?” Beliau menjawab, “Abu Bakar.” Kemudian aku tanyakan lagi, “Siapa setelahnya?” Beliau menjawab, “Umar.” Dan aku takut jika dia menyebut Utsman setelahnya. Maka kukatakan, “Setelah itu pasti Anda.” Namun beliau menjawab, “Aku hanyalah salah seorang dari kaum muslimin.” (HR. Bukhari).

Abu Bakar juga termasuk orang yang dapat dipercaya dan sangat
dipercaya Rasulullah.rasulullah berkata "Tidak kuajak seorangpun masuk Islam melainkan ia ragu dan bimbang kecuali Abu Bakar." (Riwayat Ibnu Ishaq).Ia adalah teman setia Rasulullah dalam perjalanan hijrah. Dan yang
menemani beliau ketika di gua Tsur. Beliau juga tidak pernah absen
dalam semua peperangan bersama Rasulullah.[8] Kalau bukan orang
terpercaya tentu Rasulullah tidak akan mengajak Abu Bakar dalam
perjalanan yang sangat rahasia dan sangat berbahaya ini.
Bahkan ketika Rasulullah melakukan Isra' Mi'raj dari Masjidil haram ke
Masjidil Aqsha kemudian naik ke langit tujuh, banyak orang musyrik yang
tidak percaya. Lalu mereka mendatangi Abu Bakar dengan harapan Abu
Bakar akan menolaknyaTetapi ternyata Abu Bakar mejawab, "Jika memang benar Muhammad yang mengatakannya, maka ia telah berkata benar, dan sungguh aku akanmembenarkannya lebih dari itu."Karena itulah Abu Bakar mendapatgelar Ash Shidiq.

Pengangkatannya Sebagai Khalifah

Al-Waqidi meriwayatkan dari Aisyah, “Sesungguhnya Abu Bakar di ba’iat pada saat Rasulullah wafat, pada hari Senin tanggal dua belas Rabiul Awwal sebelas Hiriyah.”Az-Zuhri berkata, “Diriwayatkan dari Anas bin Malik, dia berkata, ‘Aku mendengar Umar berkata pada hari itu (hari wafatnya Rasulullah) kepada Abu Bakar, ‘Naiklah ke atas mimbar,’ maka ia (Umar) pun terus menuntut hingga Abu Bakar naik ke atas mimbar dan di ba’iat oleh seluruh kaum muslimin.’”

Terlihat dengan jelas bahwa para sahabat dari kalangan Muhajirin maupun Anshar telah sepakat untuk mengangkat Abu Bakar sebagai khalifah.Ia seorang khalifah yang adil, tidak bergaya hidup mewah dan rendah hati. Tak lama setelah diangkat jadi khalifah ia berkata, bahwa ia bukanlah orang yang terbaik, memerintah rakyatnya mengikuti syariat dan tidak mengadakan bid’ah. Bila ia baik minta diikuti dan bila menyimpang ia minta diluruskan.
Abu Bakar, ia adalah orang yang memiliki integritas dan
kejujuran yang tinggi. Ini dibuktikan dalam kesederhanaan hidupnya.
Serta sikapnya yang sangat cermat, teliti dan hati-hati dalam mengelola
kas Negara (baitul mal).

Joesoef Sou'ib dalam bukunya Sejarah Khulafaur Rasyidin menyatakan,
meskipun sebagian panglima perang dan pejabat pemerintahan khalifah Abu
Bakar hidup dalam kemewahan, namun beliau tetap hidup dalam
kesederhanaan.


"... akan tetapi khalifah abu Bakar tetap tinggal dalam rumah
biasa di Medinah, hidup sebagai rakyat biasa, membeli kebutuhannya di
pasar dan menjadi imam setiap sholat lima waktu."
"Sejarah mencatat bahwa masa pemerintahannya yang 2 tahun 3 bulan
itu, Abu Bakar hanya mengeluarkan 8.000 (delapan ribu) dirham[3] dari
Baitul Maal bagi keperluan keluarganya."[4] Beliau juga menolak
mengambil dari Baitul Maal melebihi dari kebutuhan hidupnya.


"... Abu Bakar wafat meninggalkan seekor unta, ember, susu dan
baju resmi, serta dengan gigih mengembalikannya ke Baitul Maal."

Adakah pejabat di negeri ini seperti beliau? Atau justru mobil, uang,
deposito, rumah, perusahaan dan tanah mereka semakin banyak serta
semakinsulitdihitungolehKPK.Dan Abu Bakar adalah orang yang sangat mendahulukankepentinganumatnya/kaum muslimin serta sangat komitmen dengankebenaran.

Contohnya, setelah diangkat sebagai khalifah,beliau berkhutbah dan berpidato diatas mimbar Masjid Nabawi:

Hai orang banyak semuanya Aku diangkat mengepalaI kalian dan aku bukanlah yang terbaik diantara kalian Jika aku membuat kebaikan Maka dukunglahakuJika aku membuat kejelekan Maka luruskanlah aku Kebenaran itu suatu amanat Dan kebohongan itu suatu khianat Yang terlemah diantara kalian aku anggap yang terkuat sampai aku mengambil dan memulangkan haknya.Yang terkuat diantara kalian aku anggap yang terlemah sampaI aku mengambil hak si lemah dar tangannya.Janganlah seorangpun diantara kalian meninggalkan jihadKaum yang meninggalkan jihad akan ditimpakan kehinaan oleh AllahPatuhilah aku selama aku mematuhi Allah dan Rasul-Nya.Bila aku mendurhakai Allah dan Rasul-Nya tidak ada kewajiban patuh
kepadakuKinmarilahkitamelakukansholatSemoga Allah melimpahkan rahmat kepada kalian

Coba anda cari pemimpin di dunia yang siap dikritik jika melakukankesalahan dan kejahatan. Pemimpin-pemimpin kerdil itu justru
memberangus, memenjarakan dan membunuh orang-orang yang mengkritiknya.

Beliau juga sangat komitmen dalam tugasnya menjaga kemurnian ajaran
Islam. Karena pada saat itu terjadi banyak kesesatan seperti lahirnya
nabi palsu Musailamah Al Kadzab la'natullah, gerakan pemurtadan
(riddah)danpembangkangan.

Sejarawan Islam Joesoef Sou'yb mencatat, "Wafatnya Rasululah telah
menimbulkan kegoncangan di semenanjung Arabia. Timbul gerakan riddat
disana-sini. Yakni gerakan membelot dari agama Islam. Hampir seuruh
kabilah-kabilah di luar kota Madinah dan Mekah terlibat dalam gerakan
riddat. Begitupun kerajaan-kerajaan setempat pada belahan selatan
Arabia. Peristiwa itu menimbulkan kecemasan yang besar di ibukota
MadinahAlMunawwarah."
Dalam kondisi seperti ini tampak jelas kompetensi Abu Bakar dalam
membela kebenaran sekaligus juga kuatnya karakter kepemimpinan
(Leadership)dan keberanian beliau.Dengan komitmen dan tekad yang bulat Abu Bakar mengirimkan pasukan untuk memberantas para pemeberontak agama tersebut.Akhirnya beliau berhasil mengatasi ujian berat ini. Beliau berhasil menumpas kaumriddat di Bahrain, Oman, Mahra, Hadralmaut dan Yaman.
Komitmen dalam kebenaran ini juga ditunjukkan dalam sikapnya untuk
selalu memenuhi hak-hak Allah SWT dan hak-hak manusia. Suatu hari
Rasulullah bertanya kepada para sahabat"Siapa diantara kalian yang berpuasa hari ini?","Saya jawab AbuBakar.". Siapa yang mengiringi jenazah pada hari ini?,"Saya jawabAbBakar." Siapa diantara kalian yang memberi makan fakir miskin pada hariini?, "Saya jawab Abu Bakar." (HR Muslim).

Wafatnya

Abu Bakar wafat pada hari Senin di malam hari. Ada pula yang mengatakan bahwa Abu Bakar wafat setelah maghrib (malam selasa) dan dikuburkan pada malam itu juga, yaitu tepatnya delapan hari sebelum berakhirnya bulan Jumadil Akhir 13 Hijriyah. Sebelum meninggal, Abu Bakar sakit selama lima belas hari. Pada saat sakit, Abu Bakar mewasiatkan agar tampuk pemerintahan kelak diberikan kepada Umar bin Khathab.Abu Bakar memimpin sebagai khalifah selama dua tahun tiga bulan.Di antara wasiat Abu Bakar kepada Aisyah, “Aku tidak meninggalkan harta untuk kalian kecuali hewan yang sedang hamil, serta budak yang selalu membantu kita membuat pedang kaum muslimin. Oleh karena itu, jika aku wafat, tolong berikan seluruhnya kepada Umar.” Ketika Aisyah menunaikan wasiat itu kepada Umar, maka Umar berkata, “Semoga Allah merahmati Abu Bakar. Sesungguhnya dia telah membuat kesulitan (untuk mengikutinya) bagi orang-orang yang menjadi khalifah setelahnya.”Beliau dimakamkan berdampingan dengan makam Rasulullah yang terletak di kamar Aisyah. Beliau pun di shalatkan oleh Umar bin Khathab.Ahli sejarah menulis Abu Bakar z wafat antara waktu Maghrib dan ‘Isya pada hari Rabu bulan Rabi’ul Awwal tahun 13 H, dalam usia 63 tahun.
wuallahu’alam.

1 komentar: