Sabtu, 04 April 2009

ABK

ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

Pengertian Anak Berkebutuhan Khusus

Anak luar biasa adalah anak yang secara signifikan (berarti) mengalami kelainan/penyimpangan (phisik, intelektual, social, emosional, dan/atau sensoris neurologis) dalam proses pertumbuhan/ perkembangannya dibandingkan dengan anak-anak lain seusianya (anak-anak normal) sehingga mereka memerlukan pelayanan pendidikan khusus.

Dengan demikian, meskipun seorang anak mengalami kelainan/ penyimpangan tertentu, tetapi kelainan/penyimpangannya tidak signifikan sehingga mereka tidak memerlukan pelayanan pendidikan khusus, anak tersebut bukan termasuk anak berkebutuhan khusus.

Untuk keperluan pendidikan inklusi, anak berkebutuhan khusus dapat dikelompokkan menjadi;

a. Tunanetra/anak yang mengalami gangguan penglihatan;

Tunanetra adalah anak yang mengalami gangguan daya penglihatannya, berupa kebutaan menyeluruh atau sebagian, dan walaupun telah diberi pertolongan dengan alat-alat bantu masih tetap memerlukan pelayanan pendidikan khusus.


b. Tunarungu/anak yang mengalami gangguan pendengaran;

Tunanetra adalah anak yang mengalami gangguan daya penglihatannya, berupa kebutaan menyeluruh atau sebagian, dan walaupun telah diberi pertolongan dengan alat-alat bantu masih tetap memerlukan pelayanan pendidikan khusus.

b. Tunadaksa/anak yang mengalami kelainan angota tubuh/gerakan;

Tunadaksa adalah anak yang mengalami kelainan atau cacat yang menetap pada alat gerak (tulang, sendi, otot) sedemikian rupa sehingga memerlukan pelayanan pendidikan khusus.
d. Berbakat/anak yang memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa;

Anak berbakat adalah anak yang memiliki potensi kecerdasan (inteligensi), kreativitas, dan tanggungjawab terhadap tugas (task commitment) di atas anak-anak seusianya (anak normal), sehingga untuk mewujudkan potensinya menjadi prestasi nyata memerlukan pelayanan pendidikan khusus.


e. Tunagrahita/anak lamban belajar (slow learner);

Tunagrahita/anak lamban belajar adalah anak yang mengalami hambatan atau keterlambatan dalam perkembangan mental (fungsi intelektual di bawah teman-teman seusianya) disertai ketidakmampuan/kekurangmampuan untuk belajar dan untuk menyesuaikan diri sedemikian rupa sehingga memerlukan pelayanan pendidikan khusus.


f. Anak yang mengalami kesulitan belajar spesifik (disleksia, disgrafia, dan diskalkulia);

Anak yang berkesulitan belajar spesifik adalah anak yang secara nyata mengalami kesulitan dalam tugas-tugas akademik tertentu (terutama mata pelajaran bahasa atau matematika), yang disebabkan bukan karena factor inteligensi (inteligensinya tidak di bawah normal), sehingga memerlukan pelayanan pendidikan khusus. Anak berkesulitan belajar spesifik dapat berupa kesulitan belajar membaca (disleksia), kesulitan belajar menulis (disgrafia), atau kesulitan belajar berhitung (diskalkulia), sedangkan mata pelajaran lain mereka tidak mengalami kesulitan yang signifikan (berarti).

g. Anak yang mengalami gangguan komunikasi;

Anak yang mengalami gangguan komunikasi adalah anak yang mengalami gangguan suara, artikulasi (pengucapan), atau kelancaran bicara, yang mengakibatkan terjadi penyimpangan bentuk bahasa, isi bahasa, atau fungsi bahasa, sehingga memerlukan pelayanan pendidikan khusus.


h. Tunalaras/anak yang mengalami gangguan emosi dan perilaku.

Anak yang mengalami gangguan komunikasi adalah anak yang mengalami gangguan suara, artikulasi (pengucapan), atau kelancaran bicara, yang mengakibatkan terjadi penyimpangan bentuk bahasa, isi bahasa, atau fungsi bahasa, sehingga memerlukan pelayanan pendidikan khusus.

2. Karakteristik Anak Berkebutuhan Khusus

Setiap anak berkebutuhan khusus memiliki karakteristik (ciri-ciri) tertentu yang berbeda antara yang satu dengan yang lainnya. Untuk keperluan identifikasi, di bawah ini akan disebutkan ciri-ciri yang menonjol dari masing-masing jenis anak berkebutuhan khusus.

a. Tunanetra/anak yang mengalami gangguan penglihatan

1. Tidak mampu melihat,

2. Tidak mampu mengenali orang pada jarak 6 meter,

3. Kerusakan nyata pada kedua bola mata,

4. Sering meraba-raba/tersandung waktu berjalan,

5. Mengalami kesulitan mengambil benda kecil di dekatnya,

6. Bagian bola mata yang hitam berwarna keruh/besisik/kering,

7. Peradangan hebat pada kedua bola mata,

8. Mata bergoyang terus.

Nilai standarnya 6, artinya bila anak mengalami 6 gejala di atas, atau lebih, maka anak tergolong tunanetra.

b. Tunarungu/anak yang mengalami gangguan pendengaran

1. Tidak mampu mendengar,

2. Terlambat perkembangan bahasa,

3. Sering menggunakan isyarat dalam berkomunikasi,

4. Kurang/tidak tanggap bila diajak bicara,

5. Ucapan kata tidak jelas,

6. Kualitas suara aneh/monoton,

7. Sering memiringkan kepala dalam usaha mendengar,

8. Banyak perhatian terhadap getaran,

9. Keluar nanah dari kedua telinga,

10. Terdapat kelainan organis telinga.

Nilai standarnya 7.

c. Tunadaksa/anak yang mengalami kelainan angota tubuh/gerakan

1. Anggauta gerak tubuh kaku/lemah/lumpuh,

2. Kesulitan dalam gerakan (tidak sempurna, tidak lentur/tidak terkendali),

3. Terdapat bagian anggauta gerak yang tidak lengkap/tidak sempurna/lebih kecil dari biasa,

4. Terdapat cacat pada alat gerak,

5. Jari tangan kaku dan tidak dapat menggenggam,

6. Kesulitan pada saat berdiri/berjalan/duduk, dan menunjukkan sikap tubuh tidak normal,

7. Hiperaktif/tidak dapat tenang.

Nilai standarnya 5.

d. Anak Berbakat/anak yang memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa

1. Membaca pada usia lebih muda,

2. Membaca lebih cepat dan lebih banyak,

3. Memiliki perbendaharaan kata yang luas,

4. Mempunyai rasa ingin tahu yang kuat,

5. Mempunayi minat yang luas, juga terhadap masalah orang dewasa,

6. Mempunyai inisiatif dan dapat berkeja sendiri,

7. Menunjukkan keaslian (orisinalitas) dalam ungkapan verbal,

8. Memberi jawaban-jawaban yang baik,

9. Dapat memberikan banyak gagasan,

10. Luwes dalam berpikir,

11. Terbuka terhadap rangsangan-rangsangan dari lingkungan,

12. Mempunyai pengamatan yang tajam,

13. Dapat berkonsentrasi untuk jangka waktu panjang, terutama terhadap tugas atau bidang yang diminati,

14. Berpikir kritis, juga terhadap diri sendiri,

15. Senang mencoba hal-hal baru,

16. Mempunyai daya abstraksi, konseptualisasi, dan sintesis yang tinggi,

17. Senang terhadap kegiatan intelektual dan pemecahan-pemecahan masalah,

18. Cepat menangkap hubungan sebabakibat,

19. Berperilaku terarah pada tujuan,

20. Mempunyai daya imajinasi yang kuat,

21. Mempunyai banyak kegemaran (hobi),

22. Mempunyai daya ingat yang kuat,

23. Tidak cepat puas dengan prestasinya,

24. Peka (sensitif) serta menggunakan firasat (intuisi),

25. Menginginkan kebebasan dalam gerakan dan tindakan.

Nilai standarnya 18.

e. Tunagrahita

1. Penampilan fisik tidak seimbang, misalnya kepala terlalu kecil/besar,

2. Tidak dapat mengurus diri sendiri sesuai usia,

3. Perkembangan bicara/bahasa terlambat,

4. Tidak ada/kurang sekalai perhatiannya terhadap lingkungan (pandangan kosong),

5. Koordinasi gerakan kurang (gerakan sering tidak terkendali),

6. Sering keluar ludah (cairan) dari mulut (ngiler).

Nilai standarnya 4.

f. Anak lamban belajar (slow learner)

1. Rata-rata prestasi belajarnya kurang dari 6,

2. Dalam menyelesaikan tugas-tugas akademik sering terlambat dibandingkan teman-teman seusianya,

3. Daya tangkap terhadap pelajaran lambat,

4. Pernah tidak naik kelas.

Nilai standarnya 3.

g. Anak yang mengalami kesulitan belajar spesifik

• Anak yang mengalami kesulitan membaca (disleksia)
1) Perkembangan kemampuan membaca terlambat,
2) Kemampuan memahami isi bacaan rendah,
3) Kalau membaca sering banyak kesalahan

Nilai standarnya 3.

• Anak yang mengalami kesulitan belajar menulis (disgrafia)
1) Kalau menyalin tulisan sering terlambat selesai,
2) Sering salah menulis huruf b dengan p, p dengan q, v dengan u, 2 dengan 5, 6 dengan 9, dan sebagainya,
3) Hasil tulisannya jelek dan tidak terbaca,
4) Tulisannya banyak salah/terbalik/huruf hilang,
5) Sulit menulis dengan lurus pada kertas tak bergaris.

Nilai standarnya 4.

• Anak yang mengalami kesulitan belajar berhitung (diskalkulia)
1) Sulit membedakan tanda-tanda: +, -, x, :, >, <, =
2) Sulit mengoperasikan hitungan/bilangan,
3) Sering salah membilang dengan urut,
4) Sering salah membedakan angka 9 dengan 6; 17 dengan 71, 2 dengan 5, 3 dengan 8, dan sebagainya,
5) Sulit membedakan bangun-bangun geometri.

Nilai standarnya 4.

h. Anak yang mengalami gangguan komunikasi

1. Sulit menangkap isi pembicaraan orang lain,

2. Tidak lancar dalam berbicaraa/mengemukakan ide,

3. Sering menggunakan isyarat dalam berkomunikasi,

4. Kalau berbicara sering gagap/gugup,

5. Suaranya parau/aneh,

6. Tidak fasih mengucapkan kata-kata tertentu/celat/cadel,

7. Organ bicaranya tidak normal/sumbing.

Nilai standarnya5.


i. Tunalaras/anak yang mengalami gangguan emosi dan perilaku

1. Bersikap membangkang,

2. Mudah terangsang emosinya,

3. Sering melakukan tindakan aggresif,

4. Sering bertindak melanggar norma social/norma susila/hukum.

Nilai standarnya 4.

3. Tingkat Kecerdasan Anak Berkebutuhan Khusus

Ditinjau dari segi kecerdasan (inteligensi), anak berkebutuhan khusus dapat dikelompokkan menjadi 3 kelompok, yaitu: (1) di bawah normal, (2) normal, dan (3) di atasnormal.Yang memiliki inteligensi di bawah normal adalah tunagrahita/Anak lamban belajar (slow learner).

Salah satu karakter yang menonjol dari anak lamban belajar adalah mereka memiliki kecepatan belajar di bawah anak-anak seusianya, sehingga untuk menyelesaikan materi pelajaran tertentu membutuhkan waktu yang lebih lama dibanding anak seusianya. Dengan demikian untuk menyelesikan materi pelajaran Sekolah Dasar memerlukan waktu yang lebih lama dibanding anak seusianya.

Sedangkan salah satu karakter anak tunagrahita ringan adalah kemampuan akademiknya maksimal setaraf dengan kemampuan akademik anak Sekolah Dasar kelas 4. Kemudian salah satu karakter yang sangat menonjol anak tuagrahita sedang adalah kemampuan akademiknya maksimal setaraf dengan kemampuan akademik anak Sekolah Dasar kelas 2. Jadi bertambahnya usia anak tunagrahita, baik tunagrahita ringan maupun tunagrahita sedang, tidak diiringi dengan bertambahnya kemampuan akademiknya (intelektualnya).

Yang memiliki inteligensi normal yaitu:
a. Anak tunanetra,
b. Anak tunarungu, termasuk di dalamnya anak yang mengalami gangguan komunikasi,
c. Anak tunadaksa,
d. Anak tunalaras, dan
e. Anak yang mengalami kesulitan belajar khusus, yang meliputi:

1) Anak yang mengalami kesulitan belajar membaca (disleksia),
2) Anak yang mengalami kesulitan belajar menulis (disgrafia), dan
3) Anak yang mengalami kesulitan belajar berhitung (diskalkulia).

Meskipun kecerdasannya relatif normal, anak-anak tersebut mengalami kelainan fisik, social, emosional, dan/atau sensoris neurologis, sehingga mereka mengalami hambatan pada saat belajar. Akibatnya, mereka sebenarnya mampu menyelesaikan tugas-tugas akademik seperti anak normal, hanya saja memerlukan waktu sedikit lebih lama dibanding anak normal seusianya.

Yang memiliki inteligensi di atas normal adalah anak berbakat. Salah satu karakter yang menonjol dari anak berbakat adalah mereka memiliki kecepatan belajar di atas kecepatan belajar anak-anak seusianya. Sehingga untuk menyelesaikan materi yang diajarkan, mereka membutuhkan waktu yang lebih cepat dibanding anak-anak lainnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar